Tuesday, August 16, 2011

@,@@,@

Lama juga gak corat coret.
:)
ada kbar gembira nih kbar kabur jugak
bzzzzt
senengnyaa kemaren akhir bulan abis wisuda. Kebayangkan gimana senangnya orang yang berhasil menuntaskan tugasnya sebagai mahasiswa. Wow anugrah lah pokoknya. Hahaha. Udah gak ngerepotin ibu lagi yg tiap semesternya minta uang bayaran sks sama spp, aduuh tau gak sih tiap mau minta uang tu takutnya minta ampun deh. Kasian gitu kalo ibu udah gak ada pegangan uang lagi. Jadi waktu mau wisuda rasanya plong bener deh :D
tp setelah di rasa-rasa, senang datang hanya pada saat itu(wisuda) saja, dan setelahnya BIMBANG! Kalo kalian sangka wisuda itu menyenangkan sekali, itu Nol besar! Kecuali buat mereka yang udah ada planning setelah wisuda. Nah yang gak ada plan?? Lamar kerja sana sini gak dapat-dapat. Binggung mau ngapain. Salah juga sih ya dulu waktu kuliah gak bodo bodo amat gak pintar pintar amat, jadi tanggung tanggung gitu. Kalo d tanya kelebihannya apa? Binggung sendiri soalnya smua pas-pasan gak ada yang lebih. Ya sudah lah ya orang jg udah terlanjur lulus, d syukuri saja.
Jadi catatan nih buat kalian yg masih duduk d bangku kuliah, jangan keburu lulus deh dari pada binggung mau ngapain abis lulus. Mantepin dulu bidang yang pas buat masa depan kalian.
Semangat
^,^

Saturday, December 25, 2010

Selamat Natal Menurut Al-Qur’an

Selamat Natal Menurut Al-Qur’an
oleh Dr. M. Quraish Shihab

Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: “Ada anak sungai di bawahmu, goyangkan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: ‘Aku bernazar tidak bicara.’

“Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan penzina,” demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi di gendongannya. Tetapi Maryam terdiam. Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya. Kemudian sang bayi berdoa: “Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali.”

Itu cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34. Dengan demikian, Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama dari dan untuk Nabi mulia itu, Isa a.s.

Terlarangkah mengucapkan salam semacam itu? Bukankah Al-Quran telah memberikan contoh? Bukankah ada juga salam yang tertuju kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, keluarga Ilyas, serta para nabi lainnya? Setiap Muslim harus percaya kepada Isa a.s. seperti penjelasan ayat di atas, juga harus percaya kepada Muhammad saw., karena keduanya adalah hamba dan utusan Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk. Mereka berdua sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh
nabi dan rasul. Tidak bolehkah kita merayakan hari lahir (natal) Isa a.s.? Bukankah Nabi saw. juga merayakan hari keselamatan Musa a.s. dari gangguan Fir’aun dengan berpuasa ‘Asyura, seraya bersabda, “Kita lebih wajar merayakannya daripada orang Yahudi pengikut Musa a.s.”

Bukankah, “Para Nabi bersaudara hanya ibunya yang berbeda?” Seperti disabdakan Nabi Muhammad saw.? Bukankah seluruh umat bersaudara? Apa salahnya kita bergembira dan menyambut kegembiraan saudara kita dalam batas kemampuan kita, atau batas yang digariskan oleh anutan kita? Demikian lebih kurang pandangan satu pendapat.

Banyak persoalan yang berkaitan dengan kehidupan Al-Masih yang dijelaskan oleh sejarah atau agama dan telah disepakati, sehingga harus diterima. Tetapi, ada juga yang tidak dibenarkan atau diperselisihkan. Disini, kita berhenti untuk merujuk kepercayaan kita.

Isa a.s. datang mermbawa kasih, “Kasihilah seterumu dan doakan yang menganiayamu.” Muhammad saw. datang membawa rahmat, “Rahmatilah yang di dunia, niscaya yang di langit merahmatimu.” Manusia adalah fokus ajaran keduanya; karena itu, keduanya bangga dengan kemanusiaan.

Isa menunjuk dirinya sebagai “anak manusia,” sedangkan Muhammad saw. diperintahkan oleh Allah untuk berkata: “Aku manusia seperti kamu.” Keduanya datang membebaskan manusia dari kemiskinan ruhani, kebodohan, dan belenggu penindasan. Ketika orang-orang mengira bahwa anak Jailrus yang sakit mati, Al-Masih yang menyembuhkannya meluruskan kekeliruan mereka dengan berkata, “Dia tidak mati, tetapi tidur.” Dan ketika terjadi gerhana pada hari wafatnya putra Muhammad, orang berkata: “Matahari mengalami gerhana karena kematiannya.” Muhammad saw. lalu menegur, “Matahari tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seorang.” Keduanya datang membebaskan manusia baik yang kecil, lemah dan tertindas -dhu’afa’ dan al-mustadh’affin dalam istilah Al-Quran.

Bukankah ini satu dari sekian titik temu antara Muhammad dan Al-Masih? Bukankah ini sebagian dari kandungan Kalimat Sawa’ (Kata Sepakat) yang ditawarkan Al-Quran kepada penganut Kristen (dan Yahudi (QS 3:64)? Kalau demikian, apa salahnya mengucapkan selamat natal, selama akidah masih dapat dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud oleh Al-Quran sendiri yang telah mengabadikan selamat natal itu?

Itulah antara lain alasan yang membenarkan seorang Muslim mengucapkan selamat atau menghadiri upacara Natal yang bukan ritual. Di sisi lain, marilah kita menggunakan kacamata yang melarangnya.

Agama, sebelum negara, menuntut agar kerukunan umat dipelihara. Karenanya salah, bahkan dosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama agama. Tetapi, juga salah serta dosa pula, bila kesucian akidah ternodai oleh atau atas nama kerukunan.

Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah sangat jelas, dan tidak juga rinci. Itu semula untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman. Bahkan Al-Q!uran tidak menggunakan satu kata yang mungkin dapat menimbulkan kesalahpahaman, sampai dapat terjamin bahwa kata atau kalimat itu, tidak disalahpahami. Kata “Allah,” misalnya, tidak digunakan oleh Al-Quran, ketika pengertian semantiknya yang dipahami masyarakat jahiliah belum sesuai dengan yang dikehendaki Islam. Kata yang digunakan sebagai ganti ketika itu adalah Rabbuka (Tuhanmu, hai Muhammad). Demikian terlihat pada wahyu pertama hingga surah Al-Ikhlas. Nabi saw. sering menguji pemahaman umat tentang Tuhan. Beliau tidak sekalipun bertanya, “Dimana Tuhan?” Tertolak riwayat sang menggunakan redaksi itu karena ia menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat, hal yang mustahil bagi-Nya dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi. Dengan alasan serupa, para ulama bangsa kita enggan menggunakan kata “ada” bagi Tuhan, tetapi “wujud Tuhan.”

Natalan, walaupun berkaitan dengan Isa Al-Masih, manusia agung lagi itu, namun ia dirayakan oleh umat Kristen yang pandangannya terhadap Al-Masih berbeda dengan pandangan Islam. Nah, mengucapkan “Selamat Natal” atau menghadiri perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantar kepada pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan akan ketuhanan Al-Masih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan dengan akidah Islam. Dengan
kacamata itu, lahir larangan dan fatwa haram itu, sampai-sampai ada yang beranggapan jangankan ucapan selamat, aktivitas apa pun yang berkaitan dengan Natal tidak
dibenarkan, sampai pada jual beli untuk keperluan Natal.

Adakah kacamata lain? Mungkin!

Seperti terlihat, larangan ini muncul dalam rangka upaya memelihara akidah. Karena, kekhawatiran kerancuan pemahaman, agaknya lebih banyak ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan kabur akidahnya. Nah, kalau demikian, jika ada seseorang yang ketika mengucapkannya tetap murni akidahnya atau mengucapkannya sesuai dengan kandungan “Selamat Natal” Qurani, kemudian mempertimbangkan kondisi dan situasi dimana hal itu diucapkan, sehingga tidak menimbulkan kerancuan akidah baik bagi dirinya ataupun Muslim yang lain, maka agaknya tidak beralasan adanya larangan itu. Adakah yang berwewenang melarang seorang membaca atau mengucapkan dan menghayati satu ayat Al-Quran?

Dalam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al-Quran memperkenalkan satu bentuk redaksi, dimana lawan bicara memahaminya sesuai dengan pandangan atau keyakinannya, tetapi bukan seperti yang dimaksud oleh pengucapnya. Karena, si pengucap sendiri mengucapkan dan memahami redaksi itu sesuai dengan pandangan dan keyakinannya. Salah satu contoh yang dikemukakan adalah ayat-ayat yang tercantum dalam QS. 34:24-25 [Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat"]. Kalaupun non-Muslim memahami ucapan “Selamat Natal” sesuai dengan keyakinannya, maka biarlah demikian, karena Muslim yang
memahami akidahnya akan mengucapkannya sesuai dengan garis keyakinannya. Memang, kearifan dibutuhkan dalam rangka interaksi sosial.

Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu, bila ia ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai akidahnya. Tetapi, tidak juga salah mereka yang
membolehkannya, selama pengucapnya bersikap arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.

Dostojeivsky (1821-1881), pengarang Rusia kenamaan, pernah berimajinasi tentang kedatangan kembali Al-Masih. Sebagian umat Islam pun percaya akan kedatangannya kembali. Terlepas dari penilaian terhadap imajinasi dan kepercayaan itu, kita dapat memastikan bahwa jika benar beliau datang, seluruh umat berkewajiban menyambut dan mendukungnya, dan pada saat kehadirannya itu pasti banyak hal yang akan beliau luruskan. Bukan saja sikap dan ucapan umatnya, tetapi juga sikap dan ucapan umat Muhammad saw. Salam sejahtera semoga tercurah kepada beliau, pada hari Natalnya, hari wafat dan hari kebangkitannya nanti.

Wallahua’lam

MEMBUMIKAN AL-QURAN
Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
Dr. M. Quraish Shihab
Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab 1417/November 1996
Jln. Yodkali 16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 – Fax. (022) 707038
mailto:mizan@ibm.net


source
http://infokito.wordpress.com/2007/12/25/selamat-natal-menurut-al-quran/
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/Natal.html

Wednesday, December 22, 2010

Moms day

Ibu terimakasih untuk semua pengorbangan yang telah engkau lakukan selama ini

Terimakasih telah mendidik kami mnjadi seperti ini

Terimakasih untuk kasih sayang tulus yang telah engkau curahkan pada kami

Tapi maaf
sampai detik ini tak ada satu hal pun yg dapat membuat mu bangga mempunyai anak seperti kami

Maaf
selalu saja membuat mu menangis
selalu membuat mu sakit

Segala sesuatu yg ku lakukan untuk membayar semua pengorbananmu
Hanyalah doa yang bisa kuhaturkan

Terimakasih Ibu
engkaulah segalanya bagi ku
tanpa mu kini ku bukanlah apa apa


Happy Mothers Day
:)

Tuesday, December 21, 2010

^,^

Hell yeah,.!


Akhirnya setelah sekian lama timnas kita terlelap, sekarang mereka membuktikan jati dirinya . Masih terasa sekali euphoria kemenangan timnas Indonesia saat menyingkirkan philipina di semi final kaemarin. Tinggal menghitung hari Indonesia menuju ke final menghadapi rivalnya yang sejak dulu kala, yeah Malaysia,.


Walaupun di kandang lawan semoga tidak mengurangi semangat mereka untuk membantai Malaysia. Doa dan support akan senantiasa kami kumandangkan walau jarak berjauhan.


Mungkin ada baiknya kali ya yang mau lihat langsung pake baju batik sama atribut-atribut budaya kita.buat mengenalkan , ngasih tau, nunjukin sama mereka bahwa semua itu milik kita Indonesia. Biar gak lagi lagii mereka asal mengklaim milik kita.


Mari temas kita berdoa bersama untuk kemenangan Indonesia. Amin


“Ya Allah permudahkanlah,permuluskanlah dan perlancarkanlah Indonesia dalam membobol gawang Malaysia. Ya Allah melenceng dan melesetkanlah bola bola yang mengarah ke gawang Indonesia.

Amien


Indonesia kami banga denganmu dan pertahankanlah rasa banga kami denganmu.

Sebuah SMS


Kemaren dapet sms dari sahabat. Katanya sih itu kata-kata’y vino. Lhoh kok katanya ,.?? Bukannya fans,.?? kok sampe g tau gitu. Hehehe iya sih, ya begitulah gunanya teman. Terkadang ada satu hal yang kita tidak tau tapi kita menjadi tau smua itu dari teman J.Terimakasih teman karnamu skarang aq menjadi tau .Love u love u love u hahaha.

Kaya gini nih isinya, g jauh jauh dari cinta hehehe. Silakan di baca :)

“Benarkah cinta itu menyakitkan??
Terkadang y
Mengapa??
Bukankah cinta seharusnya membahagiakan?
Kita sendiri yang membuatnya jadimenyakitkan
How?
Ego
Why?
Karena kita secara naluri memiliki kecenderungan untuk mementingkan, memuaskan dan memenangkan diri sendiri
Seharusnya?
Seharusnya cinta mendorong kita untuk mengurangi ego itu, untuk memikirkan pasangan kita, membahagiakannya, memberikan kepercayaan padanya untuk menjadi dirinya sendiri. Bukan untuk menjadi dirinya sebagainama yang kita inginkan. Bukan itu. Kita kerap terlalu sombang dan merasa benar sendiri. Kita kerap menganggap apa yang benar menurut kita dengan sendirinya juga benar menurut orang lain.
Padahal,.??
Padahal kebenaran itu relative dan karenanya juga subjektif .


Begitulah temans sekalian is isms dari sahabat saiya :)
Semoga member pencerahan buat kalian smua yang masih suka menuntut sang pacar untuk ini itu. :)

Friday, December 17, 2010

Try to enjoy my life without knowing where all this will be docked
I don’t have the strengths and talents like others
I confused, I don’t know what I must doing for my future

Rindu

Hey,.!
kalian sibukk y??
Ato aq yg sibuuk??
aarrgh,
Mega miss you guys but i can't reach. hope you were here like yesterday when we laugh and crazy together :(